Kamis, 15 November 2012

GANJA BUKAN NARKOTIKA !

Marijuana (ganja) bukanlah narkotika. Walaupun undang-undang menyebutnya sebagai narkotik, ganja berbeda secara farmakologis dengan keluarga dan turunan opium dan narkotik sintetis. (Wolstenholme, 1965; Watt, 1965; Garattini, 1965; 1 Crim 5351 Calif. District Court of Appeal, 1st Appel. Dist.)
Marijuana (ganja) tidak menyebabkan kecanduan. Pemakaiannya tidak memunculkan ketergantungan fisik. (Mayor’s Committee on Marihuana, New York City, 1944; Allentuck & Bowman, 1942; Freedman & Rockmore, 1946; Fort, 1965a, 1965b; Panama Canal Zone Governor’s Committee, 1933; Phalen, 1943; Indian Hemp-Drug Commission, 1894; Watt, 1965; I Crim 5351 Calif. District Court of Appeal, 1st Appel. Dist.; United Nations, 1964a, 1964b)
Pada persentasi kecil individu, sebuah “ketergantungan psikologis” dapat terbentuk, namun predisposisi harus ada terlebih dahulu. Dalam makalahnya, “Ketergantungan dari Jenis Hashish,” Watt (1965,p.65) menyimpulkan : Kebiasaan ini sifatnya sosial dan mudah ditinggalkan. Kerusakan kepribadian dan gangguan psikotik yang pernah atau sedang berjalan adalah faktor-faktor penting yang mendasari terbentuknya kebiasaan mencandu.
Marijuana (ganja) tidak berbahaya bagi kesehatan. Bahkan bila digunakan dalam jangka waktu yang lama, ia tidak tampak menyebakan gangguan fisik atau psikologis. (Mayor’s Committee on Marihuana, New York City, 1944; Freedman & Rockmore, 1946; Fort, 1965a, 1965b; Panama Canal Zone Governor’s Committee, 1933; Phalen, 1943; Indian Hemp-Drug Commission, 1894; Becker, 1963)
Marijuana (ganja) tidak cenderung melepaskan “perilaku agresif.” Sebaliknya, penggunaannya menghambat perlaku agresif; ia bertindak sebagai “penenang.” (Mayor’s Committee on Marihuana, New York City, 1944; Fort, 1965a, 1965b; Panama Canal Zone Governor’s Committee, 1933; Phalen, 1943; Garattini, 1965)
Ganja tidak “menggiring” atau “mendorong” pada penggunaan obat-obatan adiktif. “Sembilan puluh delapan (98) persen dari pemakai heroin memulai dengan merokok tembakau dan minuman keras terlebih dahulu” (Mayor’s Committee on Marihuana, New York City, 1944; Fort, 1965a, 1965b; Panama Canal Zone Governor’s Committee, 1933; Phalen, 1943; Garattini, 1965)
Marijuana (ganja) berasal dari tanaman Indian Hemp, yang sebelumnya pernah dibudidayakan secara formal dimana-mana di Amerika Serikat untuk membuat tali, dan masih tumbuh liar di banyak daerah. Hingga beberapa tahun yang lalu ia adalah bahan utama dalam pakan unggas komersil. Daun dan pucuk-pucuknya yang berbunga memberikan cannabis (dikenal umum di belahan dunia barat sebagai marijuana, rumput atau pot); getah dan serbuk sarinya, dimana zat aktif terkonsentrasi paling tinggi, sebagai sumber dari “hashish.” (Wolstenholme, 1965)
Efek dari merokok mariyuana (ganja) dideskripsikan sebagai berikut: “euforia, berkurangnya rasa lelah, dan pelepasan ketegangan… juga dapat meningkatkan nafsu makan, mendistorsi perspektif waktu, meningkatkan kepercayaan diri, dan, seperti alkohol, dapat melemaskan beberapa hambatan.” (Fort, 1965) Meningkatnya kesadaran terhadap warna dan kecantikan estetis, produksi dari asosiasi mental yang baru dan kaya juga merupakan efek yang sering dilaporkan. Beberapa pengguna menyebutkan bahwa pengalaman mengkonsumsi mariyuana (ganja) adalah “psikedelik”: dapat menimbulkan peningkatan kesadaran, atau dalam perubahan kesadaran-meluas dalam perspektif, ide mengenai diri sendiri, kehidupan, dll. Marijuana (ganja) bagaimanapun tidak seperti LSD – sebuah psikedelik yang kuat. Dimana LSD secara drastis merubah pikiran dan perspektif, seringkali “memaksa” pemakainya untuk merasakan kesadaran yang meningkat., marijuana memberikan “sugesti” atau menunjukkan jalan kepada kesadarn yang lebih dalam secara moderat. Pemakainya bebas untuk mengikuti potensi ini atau tidak ketika mereka muncul. (Mayor’s Committee on Marihuana, New York City, 1944; Fort, 1965a, 1965b ; Panama Canal Zone Governor’s Committee, 1933; Goldstein, 1966; Becker, 1963; De Ropp, 1957; Indian Hemp-Drug Commission, 1894)
Merokok ganja tidak menimbulkan bahaya sosial. Empat penelitian resmi yang terpisah telah dilakukan terhadap pertanyaan ini, sebagai bagian dari penelitian yang lebih besar: Komite Walikota kota New York pada 1944; komite departemen kesehatan dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikat; komite Angkatan Bersenjata U.S. lain yang berminat terhadap pertanyaan pengaruhnya pada disiplin; dan sebuah penelitian sangat mendalam yang diselenggarakan oleh Pemerintah Inggris untuk meneliti pengaruhnya di India dimana disana pemakaiannya sangat menyebar luas seperti halnya alkohol disini. Semua penelitian ini sampai pada kesimpulan yang sama: mariyuana (ganja) tidak merusak baik pemakainya maupun masyarakat, dan karena ini seharusnya tidak dilarang. Tekanan ekonomi dan politik mencegah otoritas di New York untuk menjalankan rekomendasi komite Walikota – tekanan terbesar berasal dari Harry J. Anslinger, Komisi Narkotik Amerika sebelumnya. (Mayor’s Committee on Marihuana, New York City, 1944; Panama Canal Zone Governor’s Committee, 1933; Phalen, 1943 ; Indian Hemp-Drug Commission, 1894)
Berangkat dari dasar bahwa marijuana (ganja) adalah lebih aman dan lebih bermanfaat dari tembakau atau alkohol (dimana keduanya beracun pada fisik, dan keduanya juga adiktif), dan tidak ada dasar untuk melegalkan kedua zat berbahaya ini sementara melarang satu yang justru tidak berbahaya, banyak dari kejaksaan yang sedang menentang hukum saat ini. Pada susunan kata dari penjelasan hukumnya: “Para penuntut menyatakan bahwa klasifikasi mariyuana (ganja) pada bagian narkotik Seksi 1101 (d) pada Kode Kesehatan dan Keselamatan dan juga hukum yang melarang mariyuana (ganja) berdasarkan pada klasifikasi yang subyektif dan tidak mempunyai alasan serta tidak memiliki hubungan dengan kesehatan publik, keamanan, kesejahteraan dan moral… Klasifikasi dari mariyuana (ganja) sebagai narkotik adalah inkonstitusi dan melanggar klausul Amandemen ke-8 akan larangan terhadap hukuman yang luar biasa dan kejam, dan juga melanggar hak dasar yang merupakan klausul dari Amandemen ke-14 dari Konstitusi Amerika Serikat.” (1 Crim 5351 Calif. District Court of Appeal, First Appel. Dist., pp. 61-62 and Appendix 1, p. 6)
Banyak kelompok “ahli” seperti WHO Expert Committee on Addiction Producing Drugs cenderung telah mempertahankan misinformasi tentang ganja karena kurangnya data (Harry J. Anslinger adalah juru bicara selama bertahun-tahun di PBB), dan adanya keengganan konservatif terhadap “pelunakan” atau mengganti kebijakan sebelumnya. Dalam beberapa tahun terakhir, bagaimanapun, WHO (Badan Kesehatan Dunia) telah mengubah pandangannya secara progresif terhadap marijuana (ganja). Pada tahun 1964, Komite Ahli mengusulkan revisi definisi dari jenis-jenis ketergantungan obat, yang kemudian diadopsi secara bertahap. Definisi baru dari “jenis kecanduan ganja” adalah sebagai berikut: “(1) keinginan (atau kebutuhan) akan pemakaian berulang dari obat dengan catatan karena efek subyektifnya, termasuk perasaan akan peningkatan kemampuan; (2) sedikit atau tidak ada kecenderungan untuk meningkatkan dosis, karena sedikit atau tidak ada peningkatan toleransi; (3) ketergantungan psikis dari efek obat ini tergantung pada apresiasi subyektif dan individual dari efek tersebut; (4) ketiadaan akan ketergantungan fisik sehingga tidak terdapat ciri-ciri gejala putus zat yang definitif ketika pemakaian obat dihentikan.” (United Nations, 1964b)
Komite ini sebenarnya mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk mempertahankan mariyuana (ganja) dalam daftarnya: Definisi dari ketergantungan jenis mariyuana dapat dengan mudah memenuhi definisi dari “menyukai” (sebagai contoh., kecenderungan alamiah untuk mengulangi pengalaman yang menyenangkan, memuaskan dan tidak berbahaya). Ketergantungan yang sebenarnya akan ganja sangatlah jarang, dan tergantung dari permasalahan psikologis sebelumnya-dan bahkan ini tidak “mencandu.” [See above, p. 333] (Watt, 1965; United Nations, 1964b)
Ganja digunakan dalam berbagai cara di berbagai daerah di dunia. Ia dihisap atau dimakan dalam berbagai bentuk untuk menimbulkan kenikmatan dan efek-efek subyektif lainnya dan untuk peningkatan yang disengaja (atau distorsi) dari persepsi dan performa. Ini sebagian besar mungkin tergolong penyalahgunaan dan diasosiasikan dengan tingkat ketergantungan psikis yang lebih rendah. Tidak ada bukti bahwa ganja dapat menyebabkan ketergantungan fisik. (World Health Organization, Technical Report Series No. 287, “Evaluation of Dependence-Producing Drugs, Report of a WHO Scientific Group”; Hal. 22)
Beberapa penelitian telah menunjukkan efek terapeutik dari cannabinoid untuk nausea dan muntah-muntah pada tahap akhir penyakit-penyakit seperti kanker dan AIDS. Dronabinol (tetrahydrocannabinol) telah tersedia melalui resep selama lebih dari satu dekade di Amerika Serikat. Kegunaan terapeutik lain dari cannabinoid telah ditunjukkan oleh penelitian yang terkontrol, termasuk pengobatan terhadap astma dan glaukoma, sebagai antidepresan, perangsang nafsu makan, antikonvulsan dan anti-spasmodik, penelitian dalam bidang ini harus dilanjutkan. Sebagai contoh, lebih banyak penelitian dasar pada mekanisme periferal dan pusat dari cannabinoid pada fungsi pencernaan dapat meningkatkan kemampuannya utuk menghilangkan nausea dan emesis. Riset yang lebih banyak dibutuhkan pada dasar neurofarmakologi dari THC dan cannabinoid lainnya sehingga agen terapeutik yang lebih baik dapat ditemukan.
Ada 2 Hal yang muncul dari laporan komite ahli WHO tahun 1964 di Jenewa maupun dari situs resmi WHO sendiri, ganja ternyata tidak menyebabkan kecanduan fisik, dan ternyata punya manfaat medis… 2-2 nya bertentangan dengan UU Narkotika no.35 tahun 2009 yang memasukkan ganja sebagai narkotika kelas 1 (mencandu secara fisik) dan tidak punya manfaat medis sama sekali.

Rabu, 14 November 2012

YOUTH REVENGE



BAND : YOUTH REVENGE
GENRE : HARDCORE
COUNTRY : SINGKAWANG, INDONESIA
OFFICIAL WEBSITE : YOUTH REVENGE ON REVERBNATION and FACEBOOK

YOUTH REVENGE Terbentuk Dari Sebuah Pertemanan yang Ber-tujuan sama,Dimana Saling Mengerti Satu Sama lain, Youth Revenge Terbentuk Pada 9 September 2011, Dimana Semua Personil Mengundurkan diri dari band yang awalnya dibentuk, dan membuat format baru ber-aroma HARDCORE/PUNK degan sedikit sentuhan RAPCORE ,Pada akhir bulan september 2011, Youth Revenge telah berhasil Merilis EP pertama mereka yaitu "PRIDE SPIT LOSER" yang menceritakan sisi kehidupan mereka. Nama Youth Revenge sendiri diambil dari hidup mereka yang belum memiliki arah dan melawan semua yang menghalang dalam artian remaja yang ingin membalas dendam terhadap apa yang tidak adil dengan dirinya. 

Selasa, 13 November 2012

Straight Edge, X Lebih dari Sekedar Sebuah Simbol

Apa sih itu STRAIGHT EDGE ?? semua pasti memiliki penalaran juga sudut pandang tersendiri dalam mengartikan hal tersebut. Isu ini memang kian hari kian berkembang juga terdengar kencang melalui berbagai media khusunya web jejaring sosial, yang secara tak langsung ini pun berdampak kepada para pelaku skena music / punk hardcore yang memang skena musik tersebut adalah tempat lahirnya prinsip hidup Straight Edge ini, karena seiring dengan cepatnya informasi soal Straight Edge makin banyak pula mereka yang mengklaim diri sebagai Straight Edge, tak peduli apapun dasarnya seseorang menjadi seorang Straight Edge, ini hanya akan terlihat sampai sejauh mana mereka berpegang pada prinsip hidup ini, hingga sampai pada titik dimana mereka akan memutuskan apakah mereka akan STRAIGHT TILL DEATH atau berakhir menjadi seorang SELLOUT, jika kita mau kembali ke awal diterapkannya paham / prinsip hidup Straight Edge di era Minor Threat dimana merekalah yang pertama kali memperkenalkan istilah Straight Edge ini kepada para pelaku skena musik Punk / Hardcore pada masa itu, maka saya akan mencoba menarik satu kesimpulan bahwa Straight Edge itu adalah sebuah filosofi, prinsip hidup juga komitmen kita sebagai individu untuk dapat mempertahankan diri dari apa yang kita sebut racun bagi tubuh kita, seperti “Alkohol, Obat – obatan terlarang, Free Sex” bahkan yang paling nampak sederhana namun berdampak cukup buruk bagi tubuh yaitu “Rokok”.
Saya lebih suka menyebutnya sebagai sikap defensive kita terhadap zat – zat yang berbahaya bagi tubuh, karena dalam penerapannya, dengan menjadi seorang Straight Edge berarti kita berkomitmen pada diri kita sendiri untuk tidak menggunakan sekaligus selalu menjauhi barang – barang tersebut dengan segala upaya, dan apapun yang kita miliki dalam diri kita sampai kita mati, ini adalah apa yang saya sebut “True Till Death”. Lantas apakah mereka yang merokok, meminum alkohol dan sebagainya adalah orang – orang yang salah?? Tidak, saya tidak mengatakannya seperti itu, namun lebih tepatnya itu adalah sebuah sikap pembiaran yang secara sadar mereka lakukan untuk merusak tubuh mereka sendiri, kembali lagi ini adalah sebuah pilihan hidup masing – masing individu, saya, anda bahkan kita semua tak mempunyai sedikitpun hak untuk melarang seseorang melakukan apa yang mereka sukai, dengan catatan selama hal tersebut tidak memberikan dampak negatif bagi orang lain juga selama kita bisa saling menghormati satu sama lain, sebagai contoh sederhana misal jika ada seseorang merokok ditempat umum, yang disekitarnya banyak orang yang tidak merokok, pastilah asap rokoknya menganggu orang – orang disekitar, dan anda semua pasti tahu bahwa perokok pasif akan terkena dampak yang lebih buruk dari si perokok itu sendiri, kenapa tidak anda melakukan hal tersebut tidak disekitar orang yang tidak merokok, jika kita mau untuk lebih saling menghormati dan menghargai satu sama lain dalam hal tersebut tentu akan lebih baik.
Tak dapat dipungkiri, terkadang ada beberapa sikap yang menurut saya salah ketika dimana para Straight Edgers merasa dirinya istimewa ketika mengklaim dirinya adalah seorang Straight Edge, dibanding mereka yang merusak diri mereka sendiri, such a dumb fool things, itu adalah anggapan konyol yang mungkin di miliki oleh para Straight Edgers yang tidak mengetahui makna menjadi seorang Straight Edge, sebetulnya mungkin yang membedakan para pelaku prinsip hidup Straight Edge dengan orang kebanyakan ialah kemauan, komitmen juga usaha mereka untuk tetap menjauhi hal – hal negatif yang dapat merusak diri mereka sendiri sampai mereka mati, selain itu?? Tidak ada sama sekali, kita semua sama – sama mahluk Tuhan yang pastinya memiliki kekurangan masing – masing, jadi sangat salah jika anda menganggap bahwa Straight Edge adalah sebuah hal yang istimewa, kita bukan TUHAN yang mempunyai hak untuk menghakimi bahwa seseorang itu benar atau salah.
Kembali ke prinsip hidup Straight Edge, dalam perjalanannya dari awal mula prinsip hidup ini dicetuskan hingga sekarang tentunya telah melalui berbagai fase, dari awal era saat Minor Threat berhasil menularkan prinsip hidup ini kepada pelaku skena hingga band seperti 7second pun turut serta dalam mengusung prinsip hidup tersebut, hingga berlanjut ke era Youth Crew di sekitaran pertengahan tahun 1980an dimana ketika itu banyak band – band “Straight Edge” bermunculan dan membentuk sebuah pergerakan dan membuat media tersendiri untuk menyebarluaskan Prinsip hidup ini , beberapa band pada masa itu diantaranya adalah Youth of Today dan Gorilla Biscuits, hingga akhirnya prinsip hidup ini berkembang dan bertahan sampai saat ini, ini tak lain adalah karena komitmen juga usaha yang kuat dari para Straight edgers, tak salah jika saya mengganggap Straight Edge merupakan sebuah hal yang lebih dari sekedar sebuah simbol pergerakan, ini adalah sebuah prinsip hidup yang menuntut komitmen juga keberanian yang besar bagi para penganutnya, ini merupakan salah satu bentuk perlawanan terhadap sebuah produk kultur / budaya pengerusakan diri yang secara tak langsung juga tanpa kita sadari ini dilakukan melalui sebuah produk – produk buatan para korporat yang tak memikirkan dampak negatif dari apa yang sudah mereka jual hanya demi keuntungan semata, jadi sangat jelas disini, bahwa simbol X yang dibubuhkan di punggung tangan para Straight Edgers adalah merupakan lebih dari sekedar apa yang kita sebut “Simbol”. So the choice is in your honest self, because being Straight Edge it means being True till death and being your best self!

SPARTAN (New generation of Slamming Death Metal from Singkawang)

BAND : SPARTAN
GENRE : SLAMMING DEATH METAL
COUNTRY : SINGKAWANG, INDONESIA
OFFICIAL WEBSITE : SPARTAN ON FACEBOOK


Band yang terbentuk pada pertengahan april ini terbilang cukup cadas, dengan masing-masing personil yang berjumlah 4 orang yaitu Maja (vox), Bima (gitar), Yheri uban (bass) dan manda (beat drum). Meski terbilang cukup baru band ini sudah mempunyai 3 lagu. Bima dan Yheri uban (sebut saja nanda) yang juga pernah bermain di band Gerilya dapat memadukan sentuhan nada yang cukup dalam di setiap lagu mereka sehingga bisa dikatakan band ini adalah new generation of Slamming Death Metal from Singkawang. Berbicara soal metal, ada banyak band-band cadas dari singkawang sebut saja diantaranya SYNTETIC SYNDROME, GEMATRIA, FAITH, EXPENDEAD dan VORETHRA

UNDERGROUND (Gerakan Protes dari Bawah Tanah)

UNDERGROUND secara etimologis berasal dari bahasa inggris yang berarti bawah tanah. sedangkan secara terminologis, underground mengacu pada suatu gerakan bawah tanah, sembunyi-sembuni, tertutup atau eksklusif. Gerakan ini sering sekali keluar dari mainstream awam dan cenderung terperiferalisasi/terpinggirkan.

Meskipun demikian, para anggota yang tergabung dalam gerakan underground biasanya sangat militan, solid dan mempunyai semangat perlawanan (resistensi) yang tinggi, terutama terhadap budaya mainstream seperti pop culture dan sebangsanya.

Semangat underground lahir akibat kebosanan suatu komunitas terhadap suatu hal yang biasa atau bersifat umum. Maka pada gilirannya budaya underground pun bergerak ke pinggir. dikarenakan khalayak umum yang kebanyakan belum bisa menerima kreativitas atau ide gila yang disodorkannya.

Istilah underground pertama kali muncul dalam sejarah sebagai sebutan terhadap "gerakan terlarang" yang mengancam penguasa pada saat itu. salah satunya adalah gerakan pembebasan kaum budak afrika di amerika serikat yang terjadi pada awal abad ke-19.

Kemudian pada masa-masa berikut teminologi underground seringkali disematkan pada berbagai sub-kultur yang mengidentifikasi dirinya berbeda dengan budaya awam (mainstream).

Saat ini istilah underground digunakan untuk menjelaskan sebuah fenomenayang berhubumham dengan aliran musik, kelompok-kelompok band, komunitas dan lain-lain.

MUSIK UNDERGROUND

Blantika musik indonesia baru mengenal musik underground pada awal tahun ke-90an seiring munculnya berbagai cadas di kota-kota besar seperti jakarta, bandung, jogja, medan, surabaya dan denpasar. kelahiran musik cada ini tidak terlepas dari trend musik Trash Metal yang berkembang pada era 80-an. Band-band underground selalu menyuarakan pembangkangan dan pemberontakan terhadap sistem dan tata nilai yang menindas, timpang dan penuh ironi. Ditengah carut marut kondisi sosial politik yang kerap mencabik rasa keadilan masyarakat, musik underground tampil sebagai penyalur media resistensi kaum muda, dan menunjukan keberpihakannya terhadap kaum tertindas.
Band underground tanah air seperti Marjinal, Forgotten, Seringai, Jeruji, Bunga hitam, Keparat, Balcony, Burgerkill dan Begundal kerap memainkan musik keras dengan lirik-lirik cerdas dan kritik. Bahkan dalam setiap aksi pentas mereka tak segan-segan berorasi dan mengagitasi penonton untuk memprotes kebijakan pemerintah.







































Hardcore In A Coma

Puppen sudah lama bubar, dan Full Of Hate tak jelas pucuk hidungnya. Walau telah di satroni Sick Of It All, tak ada gebrakan yang dapat meruntuhkan kesenjangan tembok tebal apatisme, terlebih kebanalan hari-hari ini. Hardcore telah mati – jika tidak – tengah diarak kerandanya oleh remaja tanggung menuju persemayaman terakhirnya. Sebut saja riwayat miris ini terjadi di Bandung, tempat dimana ia lahir, enggan mati, berjuang, sekarat, dan sempoyongan. Skena maskulin ini terhuyung akibat dihardik, sebut saja, oleh kapitalisme sensasional yang meramban pada kabel optik dan jejaring “folbek pliss” demi hanya membagikan sepucuk sticker, tak jarang berbunyi; “Blah blah H.C”
 
Saparua, Bandung. Tinggal sebuah artefak yang rapuh setelah didaulat tak lagi mumpuni menampung bejibun angst dan kegelisahan akan represifnya PHH dan rezim yang pandir. Terakhir, “Baheula Ayeuna Salilana, Saparua!” 2008, indoor venue terasa begitu dingin. Bangku bertingkat yang reot memprihatinkan, bak simbol absennya kepedulian kita, saya, dan mereka akan lembaran sejarah. Saya akui. Dengan nyaris nihilnya dokumentasi pergerakan seni musik lokal, tak banyak harapan saya akan Bandung. Namun tinggi hormat, kawan-kawan Ujung Berung Rebel memang sadar akan kerontang informasi yang dimiliki generasi facebook lanjut. Hadirnya biografi alm. Ivan, “My Self Scumbag” dan “Panceg Dina Galur, Ujung Berung Rebel” buah karya Kimung, adalah oase tersendiri bagi timpang-tindihnya banjir hastag nir-makna.

Namun, bagi generasi pasca RMHR, posko paling Hardcore di bilangan Supratman yang bubar jalan di 2011, makna perlawanan itu semakin hari semakin ambigu. Kabur tak menentu, bahkan demi mengenali siapa kawan dan lawan pun mesti googling dahulu. Semakin absurd kala Riotic Records mati suri. Menjadikan Bandung, lebih menyerupai album foto kenangan dan romansa dari para sesepuhnya, dari pada Kota Kreatif yang produktif menggempur media arus utama seperti apa yang para sesepuh baheula lakukan. Hal ini, sekaligus mempertebal prasangka dari kawan saya, generasi 90-an memang lebih keren berkeseniannya maupun aktivitas revolusionernya, dibanding dengan generasi digital sekarang. Di satu sisi saya dapat setuju, di sisi lain tetap emoh manggut-manggut. Saya tidak setua itu.
Maka, mari kita lihat realita lingkar moshpit hari ini. Usaha-usaha untuk mengembalikan bendera barometer ke kota kembang, sejatinya sudah dimulai oleh Eddie Brokoli, sang penggagas “Baheula Ayeuna Salilana, Saparua!”  yang berlanjut pada “Konser Musik Metal” di venue yang sama untuk kemudian di estafetkan ke Brigif lewat “Bandung Berisik V”. Alhasil, eforia itu kembali di udara. Gigs besar maupun kecil, yang sebelumnya marak mewarnai akhir minggu sedari Ujung Berung hingga ujung Lembang, oleh mini show sekelas Studio Show sampai yang paling hip saat ini, Radio Show, yang ditaburi talenta-talenta dan ikon musisi Bandung: Pure Saturday dan Burger Kill salah satunya. Maka, Riuh rendah tersebut dapat dikatakan berhasil mengakhiri iklim paceklik gigs pasca tragedi AACC.
Tetapi ada yang hilang, terreduksi, atau malah sengaja dihilangkan. Hingar-bingar konser, tak serta-merta hendak segendang sepenarian dengan semangat perlawanan pada Saparua, circa 95’. Jika Yogya telah melahirkan musisi avant layaknya Bekalstrelka, Melancholic Bitch, atau Kill The DJ, pun dengan Jakarta yang tengah menerabas pagar angkuh Senayan bersama Efek Rumah Kaca. Maka Bandung juga tak ketinggalan. Ia menyusul dikemudian dengan penampakan kontingen windbreaker di siang terik. Sekumpulan pemuda dengan raglan yang catchy, sibuk mencaci-maki sana-sini, spirit dan pride yang bla bla bla. Tunggu, saya berfikir sejenak, hal busuk apa lagi yang menjadi “Bandung Pride” kala majemuknya distro dan senjakala ideologi didalamnya? Ayi Vivananda? Persib?
Terlebih, jika melongok sebentar gelagat para newest skool HC ini. Semakin menyerupai khotbah para moralis, dan sudah pasti karenanya dangkal makna. Saya tak pernah merasa tersentak sebelumnya saat mendapatkan jawaban dari salah seorang kawan skena HC yang buta Youth Of Today dan melupakan Minor Threat begitu saja, dan lebih memilih Comeback Kid atau H2O yang lebih fun dan ringan. Tak apa, saya pun ogah terjebak teori pukul rata, toh ia masih dalam kemasan Hardcore dan ga jauh-jauh amat melenceng dari pakem power chords repetitif, biar pun liriknya masih seputaran itu-itu saja. Posser.
Faktanya, dibalik geliat skena Hardcore kekinian, semangat yang hilang itu kini sedikit terjawabkan dengan sendirinya. Namun, saya enggan mengobral kritik terhadap dik Gania dan rombongan tagoninya itu. Secara pribadi, tak ada yang salah dengan musikalitas serta estetika bermusik mereka, bahkan Bill Fold dapat, atau bahkan telah melampaui animo crowd terhadap Step 4Ward dan sosok Jill Van Diest bertahun silam. Namun, pasar diluaran ternyata kurang ‘ngeh’. Bagaimana tidak, saya hampir saja dikibuli setelah salah tafsir, bahwasannya sebuah tas yang saya beli tak ada aroma band merchendise barang sedikit pun disana. Selama beberapa bulan, saya haqqul yakin jika Bill Fold merupakan clothing company.  Tak lama sejak twit itu datang, “#np Bill Fold – Save Them To Save Us”.
Saya-kurang-gaul. Adalah tiga kata yang bertubi saya terima setelahnya. Saya amini itu. Namun, ke-kurang gaul-an saya ini diikuti oleh banyak sejawat yang notabene berpendapat tak jauh berbeda. Saya pun urung berspekulasi terlalu jauh. Katakanlah, mereka disodori banyak kontrak sablon kaos dan tas oleh distro-distro, atau ada sebuah share revenue di dalam perjanjian kedua belah pihak yang dirasa mirip simbiosis mutualisme: promosi band dan marketing clothing company. Atau malah, ada pihak lain yang memang sengaja memakai Bill Fold sebagai sarana dagang kaos. Maka, darinya Hardcore yang memang menjadi nyawa dari Bill Fold begitu laris serupa magnum dalam perpaduannya dengan fixie atau DSLR.
Hardcore sedang naik daun? Atau malah Hardcore tengah menggali kuburannya sendiri? Yang jelas, agenda tempo hari dari saya dan kawan, bukan lagi moshing dan mengantungi pulang klimaks distorsi untuk diledakkan kembali keesokkan harinya menjadi sebuah praksis nyata akibat propaganda cerdas dari si band. Kiranya, aktivitas datang ke gigs Hardcore lebih mirip menziarahi situs-situs Hardcore yang akhir-akhir ini lebih banyak hinggap di cafe-cafe. Dengan betapapun sebuah lagu dikait mencomoti serta isu sosial, dengan apapun serapah yang Hardcore kecam, ia hanya akan menjadi trendi, bukan malah menjadi ‘subversif’ seperti layaknya Arian 13 nyatakan eksplisit pada “Hijau Seharusnya Sejuk” itu dan guratan kontroversial dalam kaos yang membuatnya diciduk polisi, atau gambar Microphone dan Arit yang revolusioner itu.
Sekali lagi, jika Puppen telah mangkat dan tak mungkin balik reuni, Homicide yang walau Hiphop, tetapi cenderung lebih dekat dengan skena Hardcore pun telah berpulang, diikuti oleh Authority yang sialnya juga telah wafat, dan jika memang Hardcore hari ini bergerak liar lewat viral marketing, begitu buas mencetak berkodi-kodi kaos, windbreaker, hingga boxer, namun nihil pesan secerdas “Lencana” dan “Sepakat Untuk Tidak Sepakat”, adalah terlalu naif jika kita menyebut terdakwa era digital sebagai tersangka, yang toh tulisan ini pun ditulis saat dimana era digital makin mendarah daging. Tetapi, jika sejatinya HC Pride adalah letak seberapa tenar dan larisnya penjualan merchendise, jika memang Hardcore kekinian ini kumpulan para pedagang kaos yang nyambi ngeband, maka, Hardcore sudah layak mati.

FAITH (Singkawang Extreme Revolt)

Band metal asal singkawang yang di bentuk pada akhir 2010 ini dengan personil yang pertama kali berjumlah 4 orang yaitu, ayubi (vokal) Erul (bass) dimas (gitar) dan yuzto (drum). berselang waktu yang cukup lama dimas keluar dari band tersebut sehingga merubah posisi erul yang pertama di bass menjadi gitar. Band yang beraliran slamming brutal death metal ini sering membawakan lagu-lagu dari band cadas seperti WTC,KATALEPSY,VENOMED,DEATH VOMIT,HELL BEYOND, BLEEDING CORPSE dan sebagainya. Meskipun hanya tersisa 3 orang, band ini akan terus bangkit dan berkarya, IN DEATH WE TRUST IN GRIND WE BLAST \m/